Kamis, 13 Maret 2014

MENGAPA REMAJA LEBIH MENYUKAI GANJA DARIPADA ALKOHOL & ROKOK

National Institute on Drug Abuse (NIDA) merilis hasil survey tahun 2011 tentang perkembangan penggunaan narkoba di kalangan remaja, dan hasilnya: Jumlah remaja yang mengkonsumsi rokok dan alkohol berkurang, tetapi jumlah remaja yang merokok ganja meningkat. Remaja lebih memilih ganja karena mereka menyadari bahwa ganja tidak berbahaya seperti yang diceritakan pada remaja di masa lalu. Kekhawatiran pada kelompok remaja yang “riskan” terkena dampak penggunaan ganja sudah usai, dan memang kenyataannya ganja tidak lebih berbahaya daripada alkohol dan rokok. Hal Ini dapat menjadi landasan yang kuat untuk melakukan pendidikan yang lebih jujur tentang penyalahgunaan narkoba ​​di sekolah-sekolah.
Risiko bahaya penggunaan narkoba merupakan konsekuensi dari penggunaan narkoba. Jika risiko akibat penggunaan suatu zat tertentu naik, orang akan mempertimbangkan untuk memilih zat yang lebih aman. Sebaliknya, jika risiko akibat penggunaan zat tersebut turun, orang akan mengatakan bahwa zat tersebut tidak buruk. Menurut studi NIDA, berubahnya persepsi risiko penggunaan ganja menjadi pertimbangan para remaja untuk lebih memilih menghisap ganja, sambil minum sedikit alkohol dan sedikit merokok. Remaja benar-benar memilih sesuatu yang baik dengan memperhatikan bahaya yang ditimbulkan oleh zat-zat tertentu, dan mereka membuat keputusan cerdas.
Menurut hasil penelitian, sekitar 25% dari remaja mengatakan bahwa mereka mencoba ganja setidaknya sekali setahun, dan sejak tahun 2007 naik sekitar 4%. Selain itu, 6,6% dari siswa kelas 12 juga mengaku merokok ganja sehari-hari.
Peningkatan penggunaan ganja tertinggi terjadi pada tahun 1981. Pada tahun yang sama, penggunaan rokok dan alkohol juga mencapai posisi terendah dalam sejarah. Sebanyak 11,7% dari remaja AS mengisap rokok dalam 30 hari terakhir, dibandingkan dengan 12,8% pada 2010. Menurut laporan tersebut, penurunan 20 tahun secara bertahap dalam penggunaan alkohol terus berlanjut ke 2011, dan penurunan tahun ini saja juga sangat signifikan:
“Selama 20 tahun terakhir, dari tahun 1991 hingga 2011, kelompok siswa kelas 8 yang menggunakan alkohol dalam 30 hari turun setengah (dari 25% sampai 13%), antara siswa kelas 10 lebih dari sepertiga ( dari 43% menjadi 27%), dan di antara anak kelas 12 turun sekitar seperempat (dari 54% menjadi 40%). “
Temuan ini penting, alkohol dan rokok lebih mematikan dan adiktif daripada ganja. Laporan ini mengakui bahwa persepsi penurunan risiko memainkan faktor dalam meningkatnya jumlah pengguna marijuana. Hal ini disinyalir terbentuk karena maraknya  diskusi publik tentang apotik ganja medis dan perdebatan tentang manfaat medis ganja. Dengan demikian, data penelitian tersebut membuktikan apa yang selama ini selalu disangkal NIDA dan aktivis perang narkoba, yaitu pengetahuan dan bahkan manfaat ganja untuk pengobatan.
“Berikan informasi yang akurat pada remaja dan mereka akan menggunakan informasi itu untuk mengambil suatu keputusan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri, karena remaja -seperti orang lainnya-, tidak ingin terluka atau menjadi pecandu.”
Inilah pentingnya pendidikan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Memahami berbagai sifat adiktif dan kemungkinan overdosis obat yang berbeda tiap jenisnya akan membantu remaja untuk membuat keputusan yang lebih cerdas ketika mereka mulai untuk bereksperimen. Memberikan informasi yang jujur tentang narkoba kepada ​​siswa, seperti dosis yang tepat dan memberikan informasi tentang injeksi yang aman (atau metode lain penggunaan), tidak selalu menjamin bahwa mereka akan mencoba menggunakan narkoba. Tetapi untuk memenangkan kepercayaan remaja sehingga mereka menyerap informasi ini dengan serius, maka pendidik juga harus jujur ​​tentang perbedaan bahaya atau risiko dari tiap obat-obatan/narkoba. (cpt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar